PRODESANEWS.COM | DUMAI – Usia ke-26 menjadi penanda kedewasaan sebuah institusi pendidikan tinggi. Itulah yang tengah dijalani Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin (IAITF) Dumai, yang pada Jumat, 11 Juli 2025, merayakan ulang tahun berdirinya dengan perhelatan sakral: pelantikan Ketua Yayasan Tafaqquh Fiddin dan pengangkatan Rektor Pengganti Antar Waktu (PAW) untuk masa bakti 2025–2030.
Momentum itu menjadi lebih dari sekadar seremoni. Di tengah tantangan zaman dan kebutuhan transformasi pendidikan Islam, IAITF mengukuhkan komitmennya untuk menjadi kampus unggul di kawasan strategis Pesisir Selat Melaka.
H. Hambali, S.H.I. resmi mengemban amanah sebagai Ketua Yayasan Tafaqquh Fiddin Dumai. Pada kesempatan yang sama, Assoc. Prof. Dr. H.M. Rizal Akbar, M.Phil. dilantik sebagai Rektor IAITF Dumai, menggantikan almarhum pendiri sekaligus rektor sebelumnya, Dr. H. Ahmad Rozai Akbar, M.H., yang telah berpulang ke Rahmatullah.
Dalam pidatonya, H. Hambali menekankan pentingnya IAITF menjaga arah perjuangan intelektual yang telah diletakkan para pendahulu. “Kampus ini harus menjadi benteng moral dan pusat keilmuan berbasis nilai-nilai Islam. Dan lebih dari itu, menjadi pilar tamadun Melayu modern yang inklusif dan progresif,” ujarnya.
Ia pun menilai sosok rektor baru sebagai kombinasi ideal antara kapasitas akademik, integritas pribadi, dan kepemimpinan kolektif. “Assoc. Prof. Rizal adalah akademisi yang bukan hanya memahami teori, tetapi juga mengerti medan. Ini penting dalam memimpin lembaga pendidikan yang tengah menata lompatan baru,” tegasnya.
Hambali juga mengajak seluruh civitas akademika mengirimkan doa bagi almarhum pendiri IAITF, Dr. H. Ahmad Rozai Akbar. Ia dikenang sebagai intelektual, ulama, dan organisatoris yang meletakkan fondasi kokoh lembaga ini sejak masih berbentuk Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) pada 1999, hingga naik status menjadi institut pada 2014.
Sebagai arah kepemimpinan baru, Ketua Yayasan menitipkan empat agenda penting: pertama, penguatan Tri Dharma Perguruan Tinggi berbasis nilai-nilai Islam. Kedua, membangun komunikasi yang sinergis antara sivitas akademika dengan masyarakat. Ketiga, mengembangkan digitalisasi, inovasi, dan moderasi beragama sebagai karakter keunggulan IAITF. Keempat, melanjutkan visi almarhum pendiri untuk menjadikan kampus ini sebagai pusat keislaman, keilmuan, dan kearifan lokal Melayu.
Sementara itu, Assoc. Prof. Dr. H.M. Rizal Akbar, dalam pidato perdananya sebagai rektor, menegaskan IAITF akan diarahkan sebagai pusat kecemerlangan dalam ilmu, spiritualitas, dan kebudayaan. “IAITF bukan hanya kampus. Ia harus menjadi pusat keulamaan, pusat pengetahuan, sekaligus pusat peradaban Melayu,” ujarnya penuh semangat.
Ia menambahkan, untuk mencapai visi tersebut, IAITF akan terus memperkuat infrastruktur akademik, meningkatkan kualitas dosen, memperluas kerja sama nasional dan internasional, serta mendorong riset-riset yang menyentuh akar persoalan umat dan masyarakat pesisir.
“IAITF tidak boleh berpuas diri. Kita harus bersiap menghadapi era kompetisi global. Maka, pembaruan kurikulum, sistem digital, dan jejaring keilmuan adalah kebutuhan mendesak,” tambahnya.
Milad IAITF tahun ini tidak hanya menjadi ajang refleksi, tetapi juga pembuktian komitmen kelembagaan. Acara tersebut dihadiri oleh Suryanigsih, S.Pd., M.Pd., istri Ketua Yayasan, para dekan, pimpinan lembaga, ketua program studi, dosen, mahasiswa, hingga sejumlah tokoh pendidikan di wilayah Dumai.
Dalam atmosfer haru sekaligus optimis, IAITF menunjukkan wajah barunya—lebih siap, lebih terbuka, dan lebih tangguh menghadapi masa depan. Di tengah tantangan zaman yang berubah cepat, IAITF meletakkan diri sebagai kampus Islam berbasis budaya, yang tidak hanya mendidik pikiran, tetapi juga membentuk jiwa dan menghidupkan identitas.
Dengan usia yang terus bertambah, IAITF Dumai berdiri sebagai simbol transformasi pendidikan Islam yang tidak tercerabut dari akar tradisi, namun juga tidak takut menatap masa depan. Sebuah perjalanan panjang yang masih terus ditulis, dari Dumai, untuk Indonesia, dan dunia Islam.
[pnc/ril]