PRODESANEWS.COM | BENGKALIS – Desa Pangkalan Batang Kecamatan Bengkalis ternyata menyimpan berbagai sejarah yang belum dapat dipecahkan. Salah satunya Komplek Pemakaman tua di area Mangrove Putri Hijau, RT.012 RW.003 Dusun Sukajadi.
Komplek makam ini memiliki luas lebih kurang 1 hektare terletak di bibir pantai Selat Bengkalis, berhadapan langsung dengan Desa Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis.
Puluhan makam disana memiliki batu nisan berbentuk bulat, sebagian lagi pipih, sangat berbeda dengan nisan yang ada saat ini. Bila diperhatikan, bukan seperti makam-makam orang biasa. Namun sayangnya tidak satupun terlihat ada tanda ataupun nama pada nisan yang diperkirakan berusia ratusan tahun tersebut.
Lokasi makam yang hanya berjarak sekitar 15 meter dari laut Selat Bengkalis ini juga punya hal-hal unik, seperti kondisi wilayah pemakaman yang lebih tinggi dan bertanah liat. Jika pasang besar terjadi, lokasi ini seakan tak ‘disentuh’ air laut sedikitpun. Sementara disekitarnya, bahkan di beberapa pemukiman warga yang jaraknya lebih dari 500 meter dari laut, tergenangi pasang.
Oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten Bengkalis melalui Pemerintahan desa setempat membangun komplek makam bersejarah tersebut untuk dijadikan obyek wisata religi.
Dalam perjalanannya, pembangunan tersebut menimbulkan permasalahan, pro dan kontra ditengah masyarakat mulai terjadi, akibat penebangan kayu di area makam.
Menanggapi hal tersebut, akhirnya Badan Permusyawarahtan Desa (BPD) Pangkalan Batang dan Pemerintahan Desa (Pemdes) setempat menggelar rapat bersama Tokoh Masyarakat.
Rapat yang dimulai pukul 14.30 WIB tersebut dihadiri oleh Kepala Desa (Kades) Pangkalan Batang, Sekdes, tokoh masyarakat, tokoh agama, LAMDesa, LPMD, tokoh pemuda, ketua RW dan ketua RT. Acara tersebut digelar di Kantor Desa Pangkalan Batang pada Sabtu, (02/07/2022) siang.
Agenda utama pertemuan kali ini adalah menampung aspirasi masyarakat terkait makam bersejarah yang sebelumnya sudah diterima oleh BPD. Dan meminta rencana tindak lanjut dari pemerintah desa atas keluhan-keluhan yang sudah disampaikan tersebut.
Ketua BPD Desa Pangkalan Batang, Heri Yadi dalam pembukaan rapat mengucapkan terima kasih atas kehadiran pemerintah desa dan para undangan yang telah hadir.
“Beberapa hari lalu ada aspirasi masyarakat yang disampai kepada kami, untuk itu sengaja kami mengundang yang hadir disini untuk duduk bersama dan berdiskusi terkait kuburan bersejarah di Desa Pangkalan Batang”, ucapnya.
Lanjutnya lagi, “Kami tidak mau terjadi permasalahan atau pun konflik ditengah masyarakat dikemudian hari. Oleh sebab itu marilah kita berdingin hati, tidak saling emosi karena ada aspirasi masyarakat yang harus kita bahas di forum ini”, ujar Heri singkat.
Dalam rapat ini ada beberapa tokoh masyarakat yang menyampaikan aspirasi terkait pembangunan makam tersebut, Ijok misalnya, Ia sangat mendukung pembangunan area makam tersebut asal tidak merusak lingkungan sekitar.
“Silakan dibangun, kami ingin desa kami maju, tapi jangan dirusak hutan konservasi di area makam”, ujarnya.
Selanjutnya tokoh masyarakat lainnya, Edi yang juga sebagai pegiat lingkungan mengatakan, “Kita disini mencari solusi bagaimana kedepannya pembangunan makam bersejarah itu sesuai dengan adat kebiasaan di desa setempat dan tidak merubah ekosistem. Jadi alangkah baiknya konsep pembangunan kedepan memperhatikan kondisi alam disitu. Jadi pohon-pohon yang menjadi cagar alam harus dilindungi, karena ini wilayah yang terdampak abrasi, jadi jangan lah sampai dimusnahkan”, harapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Pangkalan Batang, Faisal mengatakan sebagai pemerintahan desa, pihaknya hanya mengikuti arahan dari atasan.
“Sebagai pemerintahan desa, saya ikut perintah dari atasan saya. Untuk kegiatan pembangunan makam, kami tidak bisa memutuskan, untuk sementara isu-isu tentang penebangan kayu ditunda dulu. Namun, pembangunan tetap dijalankan”, pungkasnya.(ril)